Kenapa santri dikatakan lebih kreatif?



Assalamualaikum,

Sebagai seorang guru itu susah susah gampang. Mengajar dan memberikan inspirasi kepada muridnya adalah tugas yang sangat berat. Namun, ternyata semua tugas itu bisa menjadi sangat mudah karena pertolongan muridnya. Jika, di sekolah formal kita mengenalnya dengan murid. Tapi, karena kami mengajar di lingkungan pesantren, maka kami menyebutnya dengan santri. Kelebihan lainnya dari seorang santri ialah bahwa mereka terkenal lebih kreatif dibanding murid yang belajar di sekolah formal. Kenapa bisa begitu?

Sejak lulus dari kuliah, Qadarullah, kami mengajar di lingkungan pesantren. Sempat mengajar di sekolah formal, tapi tidak lama. Sehingga, lebih banyak pengalaman dalam mengajar santri. Dan, kami memang setuju kalau santri itu ternyata lebih kreatif dan berbeda dibandingkan dengan murid di sekolah formal. Ini ulasan sedikit kenapa santri itu lebih kreatif:
  1. Keterbatasan Tempat
Berada di lingkungan pesantren berarti berarda di sebuah tempat yang terkurung. Bahkan, banyak santri yang menyebutnya sebagai Penjara Suci alias The Holy Jail. Hal ini membuat santri sulit untuk bisa bergerak bebas keluar masuk pesantren. Sekalinya keluar, harus izin dan di beri waktu. Jika, tanpa izin dan melebih waktu, konsekuensi akan di terima. Sehingga, membuat banyak santri memutar otak agar keterbatasan tempat ini tidak menjadi masalah saat mereka harus membuat sebuah acara. Mereka harus berfikir ekstra mencari lokasi paling strategis untuk menyelenggarakan sebuah acara tanpa harus keluar pesantren. Dan bagusnya, biasanya santri menyulap tempat tersebut menjadi tempat yang keren diluar ekspektasi dengan hanya barang dan logistik seadanya. Keterbatasan ini juga tidak membuat santri untuk tidak tinggal bahagia belajar di pesantren. Contohnya, santri akan memanfaatkan setiap tempat atau spot di setiap sudut pesantren sebagai base camp. Walaupun kecil dan sempit, tapi itu biasanya menjadi tempat yang nyaman buat mereka. Misalnya, sebuah tempat di bawah pohon besar atau warung kecil dengan gorengan yang dihutangi setiap harinya. Santri akan sangat kreatif agar basecamp nya menjadi tempat yang nyaman agar tidak bosan berada di pesantren. Namun, buruknya, kekreatifitasan ini juga sering disalahgunakan. Yakni, banyak santri yang sangat kreatif untuk mencari jalan keluar alias kabur. Tapi itu hanya beberapa saja. 
  1. Keterbatasan Gerak
Banyaknya aturan yang mengikat di lingkungan pesantren membuat santri harus berfikir ekstra keras dalam setiap menjalankan aktivitas sehari-harinya. Aturan ini sangat mengikat sehingga santri akan sangat terbatas ruang geraknya. Tidak boleh melakukan itu, tidak boleh melaukan ini menjadi rutinitas santri sehari-hari. Rutinitas harian yang setiap hari bisa sangat membuat santri bosan. Disini, muncul lah peran santri santri kreatif. Ketika mereka hanya mempunyai satu tempat, yaitu pesantren, mereka akan membuat sebuah ide kegiatan yang pastinya di luar ekspektasi guru dan pengurus pesantren. Contohnya, mereka membuat banyak acara kebersamaan. Banyak chants yang dibuat. Dari chants ini lahirlah banyak seniman. Seniman yang bernyanyi, seniman yang menciptakan lirik, seniman yang menciptakan musik dan seniman yang meiciptakan koreografinya. Lengkap. Dan itu bisa dilakukan hanya dalam sekejap saja, ketika mereka mau (Dan pastinya ketika mereka sedang merasa bosan). Contoh lainnya, dalam hal memasak dan makan sehari-hari. Ini yang paling sering terihat. Alat masak akan sangat terlihat aneh bagi kita orang awam. Alat makan berupa piring dan gelas pun sepertinya sudah para santri lupakan. Membuat mie menggunakan dispenser dan disatukan dengan jajanan lainnya menjadi pemandangan biasa. Belum lagi, tutup termos menjadi piring besar yang di pakai bersama. Gayung pun kadang menjadi gelas bersama jika air minum yang diracik tidak ada tempatnya. Kekreatifitasan lainnya ialah dalam hal pakaian. Sudah menjadi rahasia umum ketika satu jaket bisa sangat di pakai satu kelas. Disini, pakaian yang dipakai sangat bisa aneh namun kreatif. Misalnya, jas bisa di padupadankan dengan sarung dan sorban. Atau, syal yang bisa menjadi penutup kepala atau pengepal tangan. Kekreatifitasan ini akan sangat berguna ketika santri sedang menjalankan acara besar. Kekurangan dana tidak akan menjadi masalah ketika jiwa jiwa kreatif mereka muncul seperti membuat background panggung dari triplek dan kapur, atau membuat sebuah papan pengumuman dari kayu dan cat yang hasilnya bisa sangat terlihat artistik.
  1. Keterbatasan Keuangan
Jauhnya santri dari ibu dan ayah, membuat uang jajan mereka tersedot deras ketika berada di pesantren. Tidak banyak jajanan, tidak banyak warung ataupun minimarket apalagi mall, membuat uang jajan mereka cukup 10 - 20 ribu per hari. Kreatifitas pertama ialah bahwa santri akan pandai menabung. Kreatifitasnya terlihat dari tempat menyimoan uangnya. Itu bisa di bawah bantal, di dalam kaos kaki, di dalam botol sampo. ataupun di dalam celana dalam. Ini urgent bagi mereka karena uang yang tergelatak nyata bisa hilang sekejap. Tanpa uang banyak membuat santri sangat berhati-hati ketika jajan. Ada kalanya dalam mencukupi 5 sehat 4 sempurna, santri mampu menghabiskan hanya 15 ribu saja. Entah kenapa mereka bisa melakukan itu. Yang pasti patungan menjadi solusinya. Atau, beli dalam jumlah sedikit-sedikit. Keterbatasan keuangan ini juga membuat santri kreatif dalam menawar dan melobi si tukang dagang. Sehingga, banyak diskon dan jajanan yang masuk ke dalam keresek mereka. Ini sangat bisa dimanfaatkan para guru agar santri bisa mencari dana tambahan ketika sedang ada acara besar. Entah melobi orang tuanya atau melobi para marketing perusahaan untuk menjadi donatur. Subhanallah,
  1. Keterbatasan Media Belajar
Di pesantren yang digabungkan dengan sekolah formal, membuat santri pun terbatas dengan alat dan media pembelajaran yang jauh lebih ketinggalan dibanding sekolah formal di luar sana. Tidak melihat banyak tekhnologi dan tidak memgang smartphone membuat eksplorasi santri dalam belajar menjadi kurang. Informasi yang didapat menjadi terbatas. Kreatifnya santri adalah menempelkan koran di mading agar informasi bisa di dapat semunya setiap harinya. Di dalam kelas, santri akan lebih banyak ide dan gagasan yang berbeda karena keluar tanpa sumber google. Ini yang kami rasakan di kelas. Opini dan pendapat yang keluar di dalam kelas sangat kreatif dan di luar ekspektasi. Media pembelajaran yang terbatas pun disyukuri santri dengan lebih banyak menggunakan peralatan seadanya, yaitu dari kertas dan kayu yang bertebaran banyak di lingkungan pesantren. Yang luar biasanya, dengan terbatasnya semua itu tidak membuat santri tidak bisa bersaing jika ada sebuah lomba di luar pesantren. Bahkan, bisa sangat jauh diatas rata-rata.

Dari empat keterbatasan itu, terlihat bahwa prestasi dan mental yang kuat bukan berawal dari fasilitas yang melimpah atau dari keuangan ala konglomerat. Tapi, itu bisa dipupuk dari keterbatasan yang membuat santri “dipaksa” untuk menjadi kreatif. Dan, ini sudah banyak terjadi. Silahkan tengok berbagai pesantren yang ada di Indonesia. 

Quotes of the day nya adalah KREATIFITAS MUNCUL DARI SEBUAH KETERBATASAN

Jazakallah,


Wassalamualaikum,

0 comments:

Post a Comment